Apakah Muhammad seorang yang ummi (tuna aksara)?
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dalam  sebuah forum penulis menemukan sebuah pertanyaan dari seorang  christian, pertanyaan tersebuat adalah Apakah nabi Muhammad SAW seorang  yang buta huruf? Untuk menjawab pertanyaan tersebut marilah kita  menganalisa hipotesis yang ada berdasarkan sumber Al-Qur’an dan  Al-Hadist.
Sumber Al-Qur’anالَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ  النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي  التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ  عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ  الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ  عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ  وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ  الْمُفْلِحُونَ(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi  yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada  di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan  melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi  mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk  dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada  mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,  menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya  (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. QS Al-A’raaf ayat  157
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ  جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ  إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ  النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ  وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَKatakanlah: “Hai manusia  sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang  mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak  disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah  kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada  Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia,  supaya kamu mendapat petunjuk”. QS Al-A’raaf ayat 158
هُوَ  الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ  آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ  كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍDialah yang mengutus kepada  kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan  ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka  Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya  benar-benar dalam kesesatan yang nyata, QS Al-Jumuah ayat 2
فَإِنْ  حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ ۗ وَقُلْ  لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ ۚ فَإِنْ  أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ  الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِKemudian jika mereka mendebat  kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan  diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”.  Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada  orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka  masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika  mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat  Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. QS Ali-Imran ayat  20
Sumber Al-HadistSahih Bukhari volume 3 book 34 (Sales  and Trade) number 335Narrated  Ata bin Yasar:I met Abdullah bin ‘Amr bin  Al-’As and asked him, “Tell me about the description of Allah’s Apostle  which is mentioned in Torah (i.e. Old Testament.”) He replied, ‘Yes. By  Allah, he is described in Torah with some of the qualities attributed  to him in the Quran as follows:
“O Prophet ! We have sent you as a  witness (for Allah’s True religion) And a giver of glad tidings (to the  faithful believers), And a warner (to the unbelievers) And guardian of  the illiterates. You are My slave and My messenger (i.e. Apostle). I  have named you “Al-Mutawakkil” (who depends upon Allah). You are neither  discourteous, harsh Nor a noise-maker in the markets And you do not do  evil to those Who do evil to you, but you deal With them with  forgiveness and kindness. Allah will not let him (the Prophet) Die till  he makes straight the crooked people by making them say: “None has the  right to be worshipped but Allah,” With which will be opened blind eyes  And deaf ears and enveloped hearts.”
Sahih Bukhari Volume: 6 Book : 60 (Prophetic Commentary on the Qur’an (Tafs)) Number : 362Narrated Abdullah bin Amr bin Al-As:
This Verse:
إِنَّا  أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرً‘Verily We have sent you  (O Muhammad) as a witness, as a bringer of glad tidings and as a  warner.’ (48.8)
Which is in the Qur’an, appears in the Surah thus:  ‘Verily We have sent you (O Muhammad) as a witness, as a bringer of  glad tidings and as a warner, and as a protector for the illiterates  (i.e., the Arabs.) You are my slave and My Apostle, and I have named you  Al-Mutawakkil (one who depends upon Allah). You are neither  hard-hearted nor of fierce character, nor one who shouts in the markets.  You do not return evil for evil, but excuse and forgive. Allah will not  take you unto Him till He guides through you a crocked (curved) nation  on the right path by causing them to say: “None has the right to be  worshipped but Allah.” With such a statement He will cause to open blind  eyes, deaf ears and hardened hearts.’
Dari Ubay bin Kaab  mengatakan : Rasulullah bertemu dengan Jibril, maka beliau berkata:  “Wahai Jibril sesungguhnya saya diutus kepada kaum yang buta huruf. Di  antara mereka ada orang tua dan sudah uzur, anak-anak, wanita hamba  sahaya, serta orang-orang yang tidak pernah membaca buku sama sekali”,  Jibril berkata: “Wahai Muhammad sesungguhnya Al Qur’an diturunkan atas  tujuh macam huruf” (HR. Ibnu Majah)
Sampai dengan ayat-ayat diatas  didapat gambaran yang cukup jelas bahwa pengertian nabi yang ummi  adalah menunjukkan Muhammad SAW sebagai seorang yang buta huruf dan  tidak berarti bahwa nabi SAW adalah seorang yang bodoh atau nabi yang  tidak mempunyai kitab atau nabi untuk kaum yang ummi (an-nabiyy li  ummiyy). Karena jika ummiy mempunyai pengertian bodoh untuk diterapkan  pada diri nabi SAW maka salah satu syarat wajib seorang rasul (menurut  referensi Islam) yaitu cerdas (fathonah) tidak terpenuhi dan jika  disebut nabi yang belum punya kitab juga terlihat janggal, karena nabi  SAW telah diberikan AlQuran oleh SWT. Argumen lain yang diajukan adalah  dimana kata ummi mempunyai pengertian lain sebagai kata kafir (gentile).  Pertanyaan saya disini, apakah nabi yang ummi berarti nabi yang kafir?  Tentu saja pengertian ini out of context dan cenderung mengada-ada. Di  sisi lain sebenarnya kata kafir (gentile) di dalam Quran telah  ditunjukkan dengan menggunakan kata kafiruun (arabic) dan bukan  menggunakan kata ummi. Meski demikian jika kata ummi ini dikenakan pada  kaum pagan Arab maka dapatlah konteks ini diterapkan, yaitu kaum yang  tidak punya kitab atau kaum yang tak mengenal ajaran ilahi.
Pendapat  lain tentang kata ummi ini misalnya berasal dari Kenneth Cragg yang  mengajukan penafsiran bahwa kata nabi yang ummi mempunyai makna “The  Unlettered Prophet”. Saya tidak tahu apa maksud dari kata “the  unlettered prophet” yang diajukan oleh Kenneth Cragg. Yang jelas  pernyataan Kenneth Cragg tersebut tidak menunjukkan makna apa-apa  setidaknya bagi kami.
Argumen selanjutnya yang muncul disini  adalah dari beberapa kalangan yang berpendapat bahwa karena terdapat  beberapa keterangan yang menunjukkan bahwa nabi SAW bermaksud menuliskan  sesuatu, maka seolah menunjukkan bahwa nabi SAW bukanlah seorang yang  buta huruf, baik mari kita kupas hal ini lebih lanjut :
‘Read in  the name of your Lord, who has created (all that exists) has created man  from a clot. Read! And your Lord is the Most Generous.” (96.1, 96.2,  96.3) Then Allah’s Apostle returned with the Inspiration and with his  heart beating severely (kutipan Sahih Bukhari Volume 1, Book 1, Number  3) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah  menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang  Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (arabic:  qalam) Proclaim! (or Read!) in the name of thy Lord and Cherisher Who  created. Created man out of a (mere) clot of congealed blood: Proclaim!  And thy Lord is Most Bountiful. He Who taught (the use of) the Pen (QS.  96:1-4) Nun, demi kalam (pena) dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat  Tuhanmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. (QS. 68:1-2)  Mengenai kata “Bacalah” dalam surah atau hadis diatas tidak harus  berarti membaca tulisan, akan tetapi bermakna membaca secara lisan,  seperti ungkapan yang sering kita dengar, misalnya: “Bacalah doa dalam  hati masing-masing!”, “bacalah Bismillah sebelum makan!”. Tidak ada  indikasi dalam hadis dan surah di atas bahwa nabi SAW sedang membaca  suatu tulisan, ini hanyalah suatu kesimpulan yang terlalu dini dan  tergesa-gesa. Demikian juga dengan surah 68:1-2 diatas, juga tidak ada  indikasi bahwa ayat diatas menunjukkan bahwa nabi SAW dapat menulis  apalagi ayat ini menyebut kata “apa yang mereka tulis” yang tentunya ada  beberapa orang yang menulis kalam Allah dan tidak selalu atau  menunjukkan bahwa nabi SAW sebagai salah satu anggota tim penulis.  Selanjutnya dapat ditampilkan beberapa sumber lain (resources) yang  berkaitan dengan masalah ini:
Answering-islam.org wrote like this  (excerpt):However, there are alleged (hanya diduga tapi tidak bisa  memastikan) reports of a tradition that Muhammad did sign a treaty  during his lifetime (ibn Hisham’s biography, exact ref req’d). The  following hadiths suggest (hanya diduga tapi tidak bisa memastikan) that  Muhammad did know how to read.
Mari kami coba handle apa yang mereka duga tentang hal ini:
Sahih  Bukhari Volume 7, Book 62, Number 88:Narrated ‘Ursa:The Prophet wrote  the (marriage contract) with ‘Aisha while she was six years old and  consummated his marriage with her while she was nine years old and she  remained with him for nine years (i.e. till his death). Volume 1, Book  3, Number 65:Narrated Anas bin Malik:Once the Prophet wrote a letter or  had an idea of writing a letter. The Prophet was told that they (rulers)  would not read letters unless they were sealed. So the Prophet got a  silver ring made with “Muhammad Allah’s Apostle” engraved on it. As if I  were just observing its white glitter in the hand of the Prophet.  Volume 5, Book 59, Number 716:Narrated Ibn Abbas:Thursday! And how great  that Thursday was! The ailment of Allah’s Apostle became worse (on  Thursday) and he said, fetch me something so that I may write to you  something after which you will never go astray.” The people (present  there) differed in this matter, and it was not right to differ before a  prophet. Some said, “What is wrong with him ? (Do you think ) he is  delirious (seriously ill)? Ask him ( to understand his state ).” So they  went to the Prophet and asked him again. The Prophet said, “Leave me,  for my present state is better than what you call me for.” Then he  ordered them to do three things. He said, “Turn the pagans out of the  ‘Arabian Peninsula; respect and give gifts to the foreign delegations as  you have seen me dealing with them.” (Said bin Jubair, the sub-narrator  said that Ibn Abbas kept quiet as rewards the third order, or he said,  “I forgot it.”) (See Hadith No. 116 Vol. 1) Volume 5, Book 59, Number  717:Narrated Ubaidullah bin ‘Abdullah:Ibn Abbas said, “When Allah’s  Apostle was on his deathbed and there were some men in the house, he  said, ‘Come near, I will write for you something after which you will  not go astray.‘ Some of them ( i.e. his companions) said, ‘Allah’s  Apostle is seriously ill and you have the (Holy) Quran. Allah’s Book is  sufficient for us.’ So the people in the house differed and started  disputing. Some of them said, ‘Give him writing material so that he may  write for you something after which you will not go astray.’ while the  others said the other way round. So when their talk and differences  increased, Allah’s Apostle said, “Get up.” Ibn Abbas used to say, “No  doubt, it was very unfortunate (a great disaster) that Allah’s Apostle  was prevented from writing for them that writing because of their  differences and noise.” Volume 4, Book 53, Number 393:Narrated Said bin  Jubair:that he heard Ibn ‘Abbas saying, “Thursday! And you know not what  Thursday is? After that Ibn ‘Abbas wept till the stones on the ground  were soaked with his tears. On that I asked Ibn ‘Abbas, “What is (about)  Thursday?” He said, “When the condition (i.e. health) of Allah’s  Apostle deteriorated, he said, ‘Bring me a bone of scapula, so that I  may write something for you after which you will never go astray.‘The  people differed in their opinions although it was improper to differ in  front of a prophet, They said, ‘What is wrong with him? Do you think he  is delirious? Ask him (to understand). The Prophet replied, ‘Leave me as  I am in a better state than what you are asking me to do.’ Then the  Prophet ordered them to do three things saying, ‘Turn out all the pagans  from the Arabian Peninsula, show respect to all foreign delegates by  giving them gifts as I used to do.’ ” The sub-narrator added, “The third  order was something beneficial which either Ibn ‘Abbas did not mention  or he mentioned but I forgot.’ Volume 1, Book 3, Number 114:Narrated  ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah:Ibn ‘Abbas said, “When the ailment of the  Prophet became worse, he said, ‘Bring for me (writing) paper and I will  write for you a statement after which you will not go astray.’ But ‘Umar  said, ‘The Prophet is seriously ill, and we have got Allah’s Book with  us and that is sufficient for us.’ But the companions of the Prophet  differed about this and there was a hue and cry. On that the Prophet  said to them, ‘Go away (and leave me alone). It is not right that you  should quarrel in front of me.” Ibn ‘Abbas came out saying, “It was most  unfortunate (a great disaster) that Allah’s Apostle was prevented from  writing that statement for them because of their disagreement and noise.  (Note: It is apparent from this Hadith that Ibn ‘Abbes had witnessed  the event and came out saying this statement. The truth is not so, for  Ibn ‘Abbas used to say this statement on narrating the Hadith and he had  not witnessed the event personally. See Fath Al-Bari Vol. 1, p.220  footnote.) (See Hadith No. 228, Vol. 4). Volume 5, Book 59, Number 553  (excerpt):Narrated Al-Bara:When the Prophet went out for the ‘Umra in  the month of Dhal-Qa’da, the people of Mecca did not allow him to enter  Mecca till he agreed to conclude a peace treaty with them by virtue of  which he would stay in Mecca for three days only (in the following  year). When the agreement was being written, the Muslims wrote: “This is  the peace treaty, which Muhammad, Apostle of Allah has concluded.” The  infidels said (to the Prophet), “We do not agree with you on this, for  if we knew that you are Apostle of Allah we would not have prevented you  for anything (i.e. entering Mecca, etc.), but you are Muhammad, the son  of ‘Abdullah.” Then he said to ‘Ali, “Erase (the name of) ‘Apostle of  Allah’.” ‘Ali said, “No, by Allah, I will never erase you (i.e. your  name).” Then Allah’s Apostle took the writing sheet…and he did not know a  better writing..and he wrote or got it the following written! “This is  the peace treaty which Muhammad, the son of ‘Abdullah, has concluded:  “Muhammad should not bring arms into Mecca except sheathed swords, and  should not take with him any person of the people of Mecca even if such a  person wanted to follow him, and if any of his companions wants to stay  in Mecca, he should not forbid him.” Sahih Bukhari Volume 3, Book 47,  Number 761:Narrated Az-Zuhari:Ubaidullah bin ‘Abdullah told me that  ‘Aisha had said, “When the Prophet became sick and his condition became  serious, he requested his wives to allow him to be treated in my house,  and they allowed him. He came out leaning on two men while his feet were  dragging on the ground. He was walking between Al-’Abbas and another  man.” ‘Ubaidullah said, “When I informed Ibn ‘Abbas of what ‘Aisha had  said, he asked me whether I knew who was the second man whom ‘Aisha had  not named. I replied in the negative. He said, ‘He was ‘Ali bin Abi  Talib.“ Berdasar hadis-hadis diatas, tidak terdapat indikasi yang terang  bahwa nabi SAW adalah seorang yang bisa menulis. Meski beliau bermaksud  menuliskan sesuatu belum tentu beliau menulis sendiri atau menulis  dalam pengertian menggoreskan pena membentuk suatu deretan huruf-huruf  arab di atas suatu media. Adapun jika mengikuti logika yang  mengasumsikan bahwa nabi SAW adalah seorang yang buta huruf yaitu saat  nabi SAW bermaksud menuliskan sesuatu, hal tersebut dapat berarti  mencatatkan sesuatu (meninggalkan catatan/mendikte) dan perihal siapa  yang kemudian menuliskannya tidak disebutkan dalam hadis-hadis diatas.  Dalam kasus wahyu pertama yang turun di gua Hira tampak bahwa nabi SAW  begitu ketakutan sehingga tidak dapat mengucapkan sesuatu dengan baik  (‘membaca’ kalimat yang disampaikan oleh Jibril) atau tidak tahu apa  yang harus dibaca (diucapkan). Barulah setelah malaikat Jibril  mewahyukan ketiga kalinya dengan suatu tekanan tertentu dapatlah nabi  SAW membaca (mengucapkan) kalimat tersebut. Dan dalam kasus inipun tidak  didapati indikasi jelas bahwa nabi SAW telah membaca suatu tulisan.
Answering-islam.org wrote like this (excerpt):Was Muhammad Illiterate?
For  me that is not a very important question since Muhammad’s illiteracy  doesn’t prove anything. The famous classical Greek poet Homer was blind  and hence couldn’t read or write either. But he composed one of the most  famous pieces of literature.
If Muhammad indeed put such a strong  emphasis on learning, why would he for all of his life insist to not  learn himself? First of all: Not learn to read and write, second to use  reading to learn more? Is he disobedient to his own exhortations?
Our Respon :
It  doesn’t matter if you or anyone must believe it or not. In this  writing, i just give anyone some perspectives about this case, that it  may be on contrary what you or anyone thought before. Why did Muhammad  give some instructions on learning to people, while he didn’t do? I  think this is a good scenario from Allah so that anyone can’t accuse  that Muhammad wrote some materials on Divine Revelation (i.e Koran). On  the other hand, what advantages that was gotten by Muhammad if he was  not illiterate? Show us or muslim believer the Quran verses or hadiths  that point out Muhammad had been dissappointed because he was illiterate  or not?
Oke, akhirnya berikut kami tampilkan hipotesis-hipotesis  yang mendukung asumsi kami bahwa nabi SAW adalah benar-benar seorang  nabi yang ummi (buta huruf):
Dapat dilihat misalnya dalam konteks  hadis bukhari-muslim diatas bahwa nabi SAW meminta agar Jibril  mengulangi bacaannya. Jika nabi SAW dapat menulis tentu beliau tidak  perlu meminta Jibril untuk mengulangi bacaannya karena begitu Jibril  mewahyukan sesuatu maka nabi SAW bisa langsung mencatatnya sendiri atau  mengambil alat tulis untuk mencatatnya. Jadi kesimpulannya bahwa jika  diasumsikan nabi SAW sebagai seorang yang ummi perlu mencatat sesuatu  dengan tangannya sendiri, logikanya tentu nabi SAW tidaklah menggunakan  tulisan-tulisan arab, akan tetapi menggunakan simbol-simbol tertentu  yang digunakan nabi SAW dalam berinteraksi dengan orang lain atau dalam  membuat catatan pribadi. Meski demikian ada suatu ayat dalam Quran yang  menunjukkan bahwa seolah nabi SAW menuliskan sesuatu dan membacakan  tulisan tersebut kepada kaum Yahudi seperti ayat dibawah:
وَقَالُوا  أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَىٰ عَلَيْهِ بُكْرَةً  وَأَصِيلًاDan mereka berkata: “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu,  dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya  setiap pagi dan petang.” QS Al-Furqan ayat 5
Jika dilihat ayat sebelumnya:
وَقَالَ  الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ  عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ ۖ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًاDan  orang-orang kafir berkata: “Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan  yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain”;  maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang  besar. QS Al-Furqan ayat 4
Ayat sesudahnya:
قُلْ أَنْزَلَهُ  الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ إِنَّهُ كَانَ  غَفُورًا رَحِيمًاKatakanlah: “Al Quran itu diturunkan oleh (Allah) yang  mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha  Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS Al-Furqan ayat 6
Maka maksud  sebenarnya dari ayat diatas (surah 25:4-5 ) adalah kaum pagan  mengolok-olok nabi SAW bahwa beliau pernah membaca kisah-kisah sejarah  terdahulu dan menuduh bahwa nabi SAW telah menulis dan mengajarkan pada  orang-orang beriman suatu kisah bualan belaka, akan tetapi Allah SWT  membantah dalam ayat 25:6 bahwa Al-Quran adalah benar-benar diturunkan  dari Allah SWT dan bukan tulisan karangan atau kompilasi buatan nabi  Muhammad SAW.
Sayang semua anggapan orang kafir telah dibantah oleh hujjah Allah SWT dalam ayat-ayat berikut:
وَمَا  يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ – إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ5] dan  tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.  [6] Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan  (kepadanya). (QS. An-Najm ayat 3-4 ) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ  فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ  اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَAtau (patutkah) mereka mengatakan  “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan  itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah  siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah,  jika kamu orang yang benar.” (QS. Yunus ayat 38 ) وَكَذَٰلِكَ  أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا  الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ  مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ  مُسْتَقِيمٍDan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran)  dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al  Kitab dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan  Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami  kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar  memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Ash-Shura ayat 52) وَمَا  كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ  إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَDan kamu tidak pernah membaca sebelumnya  (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab  dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis),  benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). QS Al-Ankaboot ayat 48
Kesimpulan  :Sejauh ini kami tidak mendapati suatu tanda jelas yang menunjukkan  bahwa nabi SAW bukanlah seorang yang tidak ummi (tidak buta huruf)  artinya dapat membaca dan menulis sebagaimana anggapan banyak kalangan  baik muslim maupun non muslim. Sehingga saya tetap beranggapan bahwa  nabi SAW adalah benar-benar seorang yang tuna-aksara. Apalagi budaya  masyarakat Arab saat itu lebih mengagungkan orang yang pandai berpidato  (menghapal) dan bersyair daripada orang yang pandai menulis. Seseorang  yang bisa menulis dianggap sebagai sebuah “aib” saat itu. Namun jika  anda berpendapat  sebaliknya maka itu adalah hak anda.
Bible Signal :
Isaiah 29:12
dan  apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca  dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak  dapat membaca.” (Terjemahan Baru) Atau kitab itu diberikan oranglah  kepada seorang yang tiada tahu membaca, serta katanya: Baca apalah ini!  tetapi jawabnya: Aku tiada tahu membaca! (Terjemahan Lama) Then the book  is delivered to one who is illiterate, saying, “Read this, please.” And  he says, “I am not literate.” (NKJV) هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي  الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ  وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا  مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍDialah yang mengutus kepada kaum yang  buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya  kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan  Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam  kesesatan yang nyata, QS Al-Jumu’a ayat 2
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ artinya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. ( al-baqoroh : 208 )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
 
Saya suka tulisan ini, cukup komprehensif. Tapi apa tidak bisa dibuat lebih rapi, dengan paragraf dan pemisahan kutipan yang jelas?
BalasHapusterimakasih.