بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
MUQADDIMAH
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِلإِسْلاَمِ، وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، و الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكاَفِرُوْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِياَءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ نَبِــيِّناَ مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَبَعْدُ:
Segala puji bagi Allah, Yang Memberi hidayah Islam kepada kita, yang selamanya tak akan mendapat hidayah, seandainya Allah tidak memberikan hidayah itu kepada kita.
Dan segala puji bagi Allah, Yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar Dia Memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang kafir benci.
Shalawat serta salam mudah-mudahan selalu tercurahkan kepada nabi dan rasul paling mulia, dialah nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Wa ba`du:
Saudaraku...
Diantara nikmat paling agung yang dikaruniakan Allah kepada kita, adalah memeluk agama yang agung dan mengikuti syariat yang bijaksana ini. Jadi, merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah untuk mensyukuri nikmat tersebut dengan menolongnya.
Ketika saya melihat adanya kekurangan pada kaum muslimin dalam memahami makna diatas, juga ketika banyak wanita yang menganggap bahwa; menolong agama hanyalah tugas kaum lelaki, maka buku kecil ini saya tulis untuk menjelaskan makna tersebut, kemudian mempraktekkannya dalam dunia nyata.
Saya berusaha dalam menulis pembahasan ini, untuk menjadikannya seringkas dan sebaik mungkin. Jika saya mengerjakannya dengan benar, maka itu hanya dari Allah semata. Tetapi jika selain itu, maka itu dari saya sendiri dan dari syetan.
Saya memohon kepada Allah untuk menjadikan tulisan ini bermanfaat bagi wanita kaum muslimin, dan menjadikannya sebagai pemberat amal baik di mizan setiap orang yang membantu menyebarkannya.
PENGERTIAN AN-NUSHROH (MENOLONG ISLAM)
Kebanyakan orang meyakini bahwa menolong islam, terbatas pada berjihad melawan orang-orang kafir atau memanggul senjata. Apakah pemahaman seperti ini dibenarkan? Apakah arti dari jihad sesungguhnya? Dan apa saja tingkatan-tingkatan jihad itu?
Jihad menurut bahasa adalah,
بَذْلُ الطَّاقَةِ وَالْوُسْــعِ
"Mengeluarkan kekuatan dan apa saja yang dimampui."
Sedangkan menurut syara`,
جِهاَدُ الْكُفاَّرِ وَدَعْوَتُهُمْ إِلَى الدِّيْنِ الْحَقِّ، وَقِتاَلُهُمْ إِنْ لَمْ يَقْبَلُوْا، وَهَذَا الْغَالِبُ فِيْ العُرْفِ
"Yaitu melawan orang-orang kafir, mengajak mereka masuk ke dalam agama yang haq, dan memerangi mereka jika menentang untuk masuk Islam. Inilah pengertian jihad menurut `Urf.”[1]
Sedangkan jihad itu sendiri memiliki empat tingkatan, sebagaimana disebutkan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dibawah ini,
1. Jihad melawan hawa nafsu.
2. Jihad melawan syetan.
3. Jihad melawan orang-orang kafir dan munafik
4. Jihad melawan kemungkaran dan orang-orang dzalim.[2]
--------------------------------------------------------------------------------
[1] Haasyiah Ar-Raudh Al-Murbi`, Abdur Rahman bin Qasim An-Najdi, 4/253
[2] Zaadul ma`ad, Ibnul Qayyim, 3/9
Pertama
Jihad melawan hawa nafsu.
Jihad melawan hawa nafsu ini juga memiliki empat tingkatan. Yaitu,
1-Berjihad untuk mempelajari ajaran islam yang benar.
Setiap muslimah memiliki tanggung jawab sebagaimana kaum lelaki. Seperti dalam pepatah, “Wanita adalah saudara kandung lelaki”. Jadi, wanita itu diberi khitab (tanggung jawab) seperti kaum lelaki mendapatkannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda,
((طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ))[1]
“Mencari ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim.”
Sehingga, setiap hal yang kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengan hal itu, maka hal itu adalah wajib pula.[2] Jadi! Mempelajari ilmu aqidah, hukum seputar shalat, puasa, zakat dan lainnya adalah wajib.
Sebab, banyak wanita yang terjerumus dalam hal-hal bid`ah dan syirik karena ketidakmengertian mereka akan hal itu. Padahal kita tahu, bahwa ummahatul mukminin (ibu kaum mukminin) dan wanita salaf, mereka dikenal dengan kepandaiannya dalam berbagai macam ilmu. Seperti yang diriwayatkan oleh Urwah bin Zubair dari ayahnya, ia berkata,
"مَا رَأَيْتُ أَحَــدًا مِنَ الناَّسِ أَعْلَمُ بِالْقُرْآنِ، وَلاَ بِفَـرِيْضَةٍ، وَلاَ بِحَلاَلٍ، وَلاَ بِحَرَامٍ، وَلاَ بِشِعْرٍ، وَلاَ بِحَدِيْثِ الْعَرَبِ، وَلاَ بِنَسَبٍ، مِنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهاَ"[3]
“Saya tak mendapati seorangpun yang lebih pandai dengan al-qur`an, faridhah, halal dan haram, syair, perkataan arab dan nasab, daripada Aisyah Radhiyallahu ‘anha.”
Juga merupakan sebuah kewajiban bagi setiap mahasiswi yang menuntut ilmu, untuk memperhatikan aulawiyat[4] dan menekuni ushul.[5] Karena ushul adalah ilmu yang sebenarnya, sedangkan al-masail[6] ia hanya cabang-cabang dari ushul tersebut. Seperti batang kayu dengan dahan-dahannya. Jika dahan-dahan itu tidak tumbuh diatas batang yang kuat, maka lambat laun dahan-dahan itu akan layu dan rusak.[7]
2-Berjihad untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki setelah mempelajarinya.
Inilah yang maksud dari menzakati ilmu dan membela agama. Sebab mengamalkan atau mempraktekkan ilmu, merupakan dakwah (mengajak orang lain) kepada ilmu tersebut, ini suatu hal yang tidak lagi diragukan. Karena kebanyakan manusia lebih banyak mengikuti ulama lewat amal perbuatannya, ketimbang mengikuti mereka lewat ucapan-ucapannya.[8]
3-Berjihad dengan mendakwahkan ilmu tersebut.
Ini juga termasuk menzakati ilmu dan membela agama. Sedangkan cara mendakwahkan ilmu, adalah dengan amar makruf, nahi mungkar, dan mengajarkannya kepada manusia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda,
((إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةِ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتِ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ))[9]
“Sesungguhnya Allah, para malaikat, para penduduk langit dan bumi, sampai semut-semut dalam lobangnya, juga ikan-ikan di lautan, semuanya mendoakan seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”
4-Berjihad dengan selalu sabar atas segala kepenatan ketika berdakwah.
Sabar inilah harta sejati yang dimiliki orang-orang shiddiqin, dan syi`ar orang-orang shalih. Hakekat sabar adalah, jika seorang Muslim disakiti karena Allah, lalu ia bersabar dan berusaha bertahan tanpa mengeluh sedikitpun. Ia tidak membalas keburukan dengan selain kebaikan, dan tak pernah berusaha untuk membalas dendam.[10] Karena itu, hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang langsung membalas kesabaran tersebut.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (الزمر: 10)
“Sesungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
--------------------------------------------------------------------------------
[1] HR. Ibnu Majah dan lainnya.
[2] Misalnya: Shalat adalah wajib, sementara diantara syarat sah shalat adalah berwudhu, jika seorang hamba shalat tanpa berwudhu maka shalatnya tak akan sah. Sehingga berwudhu pada saat seperti ini hukumnya adalah wajib.
[3] Sifat Ash-Shafwah, ibnul Jauzi, 1/293
[4] Aulawiyat adalah ilmu yang harus dicari pertama kali, seperti ilmu aqidah dan fiqh. Disini penulis menerangkan tentang ilmu yang harus dituntut pertama kali oleh setiap muslim. Jadi seorang muslim, ilmu yang harus dicarinya terlebih dahulu adalah ilmu tentang al-qur`an dan as-sunnah, bukan ilmu-ilmu umum. Sebab dengan ilmu-ilmu syar`I itulah seseorang bisa mempraktekkan ajaran agamanya dengan benar, sehingga ia tertuntun untuk menitih jalan hidup ini dengan benar, terang, lurus, yang akhirnya ia masuk surga karenanya. Jika ia sudah memahami ilmu agama dengan benar, barulah ia mempelajari ilmu-ilmu umum. Allahu a`lam (pent.)
[5] Ushul adalah ilmu-ilmu dasar yang seseorang tak mungkin memahami ilmu lainnya kecuali dengan ilmu-ilmu tersebut.
[6] Masail adalah permasalahan-permasalahan yang hadir setelah adanya ushul.
[7] Lihat, Syarh hilyah thalib al-ilmi, Ibnu Utsaimin, hlm. 53
[8] Idem, hlm. 53
[9] HR. At-Tirmidzi, ia berkata: ini adalah hadits hasan.
[10] Lihat, Ishbir wa ihtasib, Abdul Malik Al-Qasem.
Kedua
Jihad melawan syetan
Jihad melawan syetan ini ada dua macam,
1-Berjihad dengan menolak segala syubhat (hal-hal meragukan) yang dilancarkan syetan kepada hamba. Yaitu menolaknya dengan sesuatu yang yakin.
2-Berjihad dengan menolak segala nafsu syahwat yang dilancarkan syetan kepada hamba. Caranya adalah dengan bersabar.[1]
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman,
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ (السجدة: 24)
“Kami jadikan di antara mereka, pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa`di rahimahullah berkata dalam tafsiran ayat ini; maksud dari “Pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami”, adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dalam diri mereka, kemudian menunjukkan orang lain dengan petunjuk tersebut. Merekalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya setelah para nabi dan rasul. Inilah derajat ash-shiddiqin itu.
Mereka mendapat derajat tinggi ini, ketika selalu bersabar
(لَمـَّا صَـبَـرُوْا) dalam menuntut ilmu. Bersabar dalam mengajarkan ilmu. Bersabar dalam berdakwah di jalan Allah, dan bersabar atas segala gangguan yang menimpa mereka pada jalan tersebut. Juga selalu mengendalikan jiwanya, sehingga tidak masuk ke jurang maksiat dan tidak terperosok dalam lembah syahwat.
(وَكَانُوْا بِآياَتِناَ يُـوْقِنُوْنَ) “Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami”. Maksudnya; dalam beriman kepada ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka sudah mencapai derajat al-yaqin. Mereka mendapat derajat al-yaqin ini, karena mereka belajar ilmu tersebut dengan cara yang benar, mereka langsung mengambil masalah-masalah dari dalil-dalilnya yang mufid, kemudian senantiasa mempelajari masalah-masalah tersebut, dan menggunakannya sebagai dalil dalam segala aspek kehidupan. Akhirnya merekapun sampai pada derajat al-yaqin itu.[2]
Perlu diketahui, bahwa kedua macam jihad ini, yaitu jihad melawan hawa nafsu dan jihad melawan syetan, hukumnya adalah fardhu ain. Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman,
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ (يوسف: 53)
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” (QS. Yusuf: 53)
Juga berfirman,
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا (فاطر: 6)
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah sebagai musuh.” (QS. Fathir: 6)
--------------------------------------------------------------------------------
[1] Zaadul Ma`ad, Ibnul Qayyim, 3/10
[2] Lihat, taisir al-karim ar-Rahman fi tafsir kalam al-mannan, Abdur Rahman As-Sa`di, hlm. 604
Ketiga
Jihad melawan orang-orang kafir dan munafik
Berjihad melawan mereka adalah dengan cara-cara dibawah ini,
1-Berjihad dengan hati. Berjihad dengan hati ini, jika seorang muslim atau muslimah meninggalkannya, maka ia tidak diberi udzur (ampun) sedikitpun.
2-Berjihad dengan lisan. Jihad lewat lisan ini, dengan menggunakan salah satu dari tiga cara yang terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dibawah ini,
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ (النحل: 125)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik, serta bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)
Berdakwah bilhikmah (dengan hikmah), yaitu berdakwah kepada siapapun dengan bijak; sesuai keadaan, pemahaman, dan penerimaan dari masing-masing pribadi.
Diantara contoh berdakwah dengan hikmah, adalah mendakwahkan ilmu memulai dengan yang paling penting, kemudian yang penting, dan paling mudah dipahami. Juga dengan cara yang bisa diterima secara lebih sempurna, dengan lemah lembut, dan penuh kasih sayang. Jika seseorang dengan dakwah bilhikmah ini tidak mau menurut, maka seorang dai mengganti caranya dengan memberi mau`idzah (nasehat) yang baik, yaitu menyuruh atau melarang seseorang dibarengi dengan targhib (memikat) dan tarhib (menakut-nakuti).[1]
Jika sang mad`u menganggap bahwa perbuatan buruknya adalah suatu kebenaran, atau malah mengajak orang-orang untuk mengerjakan kebatilan tersebut, maka ia dibantah dengan cara yang lebih baik. Tetapi jidal (membantah) ini, sebaiknya tidak dilakukan kecuali oleh seseorang yang memiliki banyak ilmu, yang dengannya sang dai mampu menolak segala syubhat yang dilancarkan mad`u tersebut.
3-Berjihad dengan harta.
Asy-Syaikh Ibnu Qasem An-Najdi berkata tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dibawah ini,
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ (التوبة: 41)
“Berangkatlah kalian baik dalam keadaan ringan atau berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah.” (QS. At-Taubah: 41)
Asy-Syaikh Ibnu Qasem berkata, “Adalah sebuah kewajiban bagi orang-orang kaya untuk mengeluarkan nafkah di jalan Allah. Atas hal ini pula, maka diwajibkan kepada para wanita untuk berjihad dengan harta jika mereka memiliki kelebihan harta. Hal ini adalah wajib, seperti wajibnya zakat atas mereka.”[2]
4-Berjihad dengan jiwa.
Jihad dengan jiwa tidak diwajibkan atas kaum wanita, hal ini merupakan kesepakatan para ulama. Tetapi jihad mereka adalah mengobati dan memberi minum orang-orang terluka, seperti yang terjadi pada perang Uhud, sebagaimana dikatakan Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anha,
"وَلَقَدْ رَأَيْتُ عَائِشَةَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ وَأُمَّ سُلَيْمٍ وَإِنَّهُمَا لَمُشَمِّرَتَانِ أَرَى خَدَمَ سُوقِهِمَا تُنْقِزَانِ الْقِرَبَ عَلَى مُتُونِهِمَا تُفْرِغَانِهِ فِي أَفْوَاهِ الْقَوْمِ ثُمَّ تَرْجِعَانِ فَتَمْلَآَنِهَا ثُمَّ تَجِيئَانِ فَتُفْرِغَانِهِ فِي أَفْوَاهِ الْقَوْمِ"[3]
“Sungguh saya melihat Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim (di medan perang Badar), keduanya mengangkat tsaubnya[4] dari telapak kaki, sampai saya melihat kedua betis mereka. Keduanya memasukkan air ke dalam geriba[5], lalu meminumkan air itu ke mulut kaum (orang-orang yang terluka), kemudian keduanya kembali untuk memenuhi geriba-geriba tersebut dan datang lagi untuk meminumkan air di mulut kaum.”
--------------------------------------------------------------------------------
[1] Lihat, taisir al-karim ar-Rahman fi tafsir kalam al-mannan, Abdur Rahman As-Sa`di, hlm. 404
[2] Haasyiah Ar-Raudh Al-Murbi`, Abdur Rahman bin Qasem An-Najdi, 4/256
[3] HR. Al-Bukhari, kitab al-maghazi no, 3757. lihat pula, Ar-Rahiq Al-Makhtum, hlm. 268
[4] Tsaub adalah baju terusan yang biasa dipakai orang-orang arab, seperti jubah.
[5] Tempat air terbuat dari kulit.
Keempat
Jihad melawan kemungkaran, kedzaliman dan perbuatan bid 'ah
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ اَلْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: ((مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ))[1]
Dari Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu ‘anha ia berkata, saya mendengar rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, “Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya dengan tangan. Jika tidak mampu maka dengan lisan. Jika tidak mampu maka dengan hati, dan itu adalah selemah-lemah iman.”
Yang pertama adalah dengan tangan. Hal ini jika seseorang mampu melakukannya, atau ini dikhususkan bagi orang-orang yang memiliki kekuasaan. Jika tidak mampu, atau meyakini seandainya ia merubah kemungkaran dengan tangan bakal mendatangkan kemungkaran yang lebih besar, maka ia berpindah dengan lisan, dan tetap mengikut pada firman Allah yang berbunyi,
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ (النحل: 125)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik, serta bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)
Ayat ini sudah saya jelaskan di depan.[2] Kemudian, jika dengan lisan tetap tidak mampu, maka seseorang berjihad dengan hatinya, setelah itu setiap Muslim dan muslimah tidak diberi udzur (ampun) jika meninggalkan tingkatan terakhir ini, apapun alasannya.
--------------------------------------------------------------------------------
[1] HR. Muslim, kitab al-iman.
[2] Lihat halaman, 11
TEMPAT-TEMPAT DIMANA WANITA MUSLIMAH HARUS MENOLONG AGAMANYA
1- Sekolahan
A. Ibu guru:
· Jadilah panutan bagi murid-murid dan mahasiswi anda dalam berpakaian, berpenampilan, berakhlaq mulia, dan dalam keikhlasan beramal.
· Diskusikan bersama mereka berbagai masalah yang menjadi problem diantara mereka. Yaitu dengan gaya bahasa yang indah, percakapan yang lemah lembut dan kata-kata yang memikat.
· Manfaatkan sebaik mungkin setiap kesempatan yang ada; dengan selalu memberi nasehat, teguran, dan memupuk dalam diri mereka cita-cita untuk membela agama Islam.
· Jelaskan kepada mereka bahaya yang selalu dilancarkan musuh-musuh Islam kepada para wanita, baik musuh dari luar maupun dari dalam.
B. Guru pembimbing di mushalla:
· Ibu guru yang menjadi pembimbing di mushalla kampus atau sekolah, dialah wanita yang paling dekat dengan hati para mahasiswi, dan paling dekat dengan ibu-ibu guru lainnya. Sebab dialah yang menjadi panutan di mata mereka. Karena itu wahai saudariku yang menjadi pembimbing mushalla! Berusaha keraslah untuk evaluasi diri terhadap segala perbuatan anda secara terus menerus.
· Jadikan segala kegiatan anda berkisar pada hal-hal yang berhubungan dengan ilmu, nasehat, dan mempraktekkan ilmu yang telah anda pelajari pada dunia nyata.
· Semangati para mahasiswi untuk ikut serta dalam halaqah tahfidz al-qur`an, asuhlah mereka dalam menghafalkannya, dan tanyakan selalu keadaan mereka saat tidak hadir.
· Ikut sertakan para mahasiswi yang tidak ikut dalam kegiatan mushalla. Seperti meminta bantuan dari mereka pada setiap kegiatan yang ada, apakah itu dengan membagi-bagi buku, kaset, atau mengumpulkan dana.
· Pilihlah cara terbaik untuk membenarkan kesalahan orang. Setiap individu sesuai dengan keadaannya masing-masing.
C. Mahasiswi
Kebanyakan mahasiswi, baik di sekolah maupun di kampus, selalu menghabiskan waktu mereka bersama teman-temannya. Maka manfaatkanlah kesempatan ini dengan hal-hal berikut:
· Mengajak mereka melakukan suatu hal baik, dan memberi info kepada mereka mengenai berita-berita kaum muslimin di dunia.
· Mendiskusikan beberapa kesalahan yang biasa dilakukan para wanita.
· Memberi hadiah kepada mereka berupa buku-buku, atau kaset-kaset yang bermanfaat.
· Cobalah menggunakan surat ketika mengajak seseorang untuk berbuat baik, atau ketika membenarkan kesalahannya. Tentunya dengan tetap memperhatikan cara yang lemah lembut.
2- Rumah:
A. Suami:
· Membantunya berbuat taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
· Memberikan nasehat dan bermusyawarah dengannya.
· Mengajaknya berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berjihad di jalan-Nya.
B. Anak-anak:
· Membuat hati mereka selalu bergantung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semenjak kecil. Karena perkataan yang pertama kali diperdengarkan kepada telinga mereka adalah, laa ilaaha illallaah.
· Senantiasa berdzikir dan mengajarkan dzikir tersebut kepada mereka.
· Menanamkan perasaan muroqobatullah (selalu diawasi Allah) pada jiwa mereka.
· Memperkenalkan kepada mereka hukum halal dan haram.
· Membiasakan mereka untuk mengerjakan amalan-amalan wajib, seperti shalat dan puasa.
· Mengajarkan al-qur`an al-karim, dan menyemangati mereka untuk menghafalnya, memahami dan mempraktekkannya. Juga mengajarkan kepada mereka sunnah nabi dan ilmu-ilmu yang bermanfaat.
· Mengembangkan minat baca mereka dengan membelikan buku-buku dan cerita-cerita yang bermanfaat.
· Mendidik mereka untuk memenuhi hak-hak orang lain dan berbuat bajik kepada mereka.
· Membiasakan mereka untuk berdakwah kepada Allah, ber-amar makruf dan nahi munkar. Serta menjelaskan kepada mereka sopan santun dan tata cara dalam menyampaikan dakwah, serta amar ma`ruf nahi munkar itu.
· Menjelaskan kepada mereka rencana-rencana busuk yang dirancang para musuh islam.
· Memilih sekolahan-sekolahan yang unggul buat mereka. Apakah itu dari sisi kegiatan, atau guru pengajarnya.
· Mendidik mereka untuk berbakti kepada dua orang tua dan selalu bersilaturrahim.
C. Pembantu:
· Memberikan panutan yang baik kepada mereka dengan muamalah yang baik, selalu rendah hati, dan iltizam[1] dengan ajaran-ajaran agama.
· Mengajarkan kepada mereka ajaran Islam yang belum dimengertinya.
· Memberi mereka hadiah berupa buku-buku dan kaset-kaset islami yang ditulis dan direkam dengan bahasa mereka.[2]
--------------------------------------------------------------------------------
[1]Konsekwen dalam menjalankan perintah atau menjauhi larangan agama.
[2]Perlu diketahui, hampir seluruh pembantu rumah tangga di Arab Saudi dan sopir-sopir adalah orang asing.
3- Tempat berkumpulnya para wanita:
A. Yang khusus, seperti pertemuan rutin keluarga:
1. Memanfaatkan waktu yang ada dengan memberikan semacam pidato atau nasehat kepada mereka.
2. Menceritakan kisah-kisah orang saleh.
3. Menyelenggarakan perlombaan yang sifatnya diniyah[1] dan tsaqafiyah.[2]
4. Mengajak seluruh peserta untuk mengikuti percakapan dan diskusi yang bermanfaat mengenai kaum muslimin di seluruh dunia.
B. Yang umum, seperti pasar-pasar khusus wanita dan rumah sakit-rumah sakit:
· Membagikan kaset atau selebaran yang berisi nasehat kepada para wanita yang ada di tempat tersebut, sambil mengumumkan kepada mereka adanya ceramah kewanitaan yang bermanfaat bagi para wanita.
· Menaruh buku-buku islami di ruang tunggu yang ada dalam rumah sakit.
4- Media masa:
Media masa adalah media yang dibaca oleh masyarakat luas, karena itu manfaatkan kesempatan ini untuk membela Islam, diantaranya dengan melakukan hal-hal dibawah ini:
· Menulis artikel yang membahas tuntas masalah-masalah agama.
· Menyadarkan kaum muslimin dari kesalahan-kesalahan yang banyak terjadi diantara mereka.
· Membantah artikel-artikel yang mengajak kepada keburukan, atau menampakkan permusuhannya terhadap islam dan kaum muslimin. Termasuk dalam hal ini, membela kehormatan kaum muslimin, terutama para imam dan ulama.
· Memberikan ide dan masukan kepada majalah-majalah dan stasiun televisi islam untuk mengetengahkan pembahasan-pembahasan yang perlu didiskusikan.
--------------------------------------------------------------------------------
[1]Berhubungan dengan masalah agama.
[2]Ilmiyah, penuh dengan ilmu pengetahuan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG SESEORANG UNTUK MEMBELA AGAMANYA
1-Mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam.
Serta mendahulukan cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Salam atas segala cinta yang ada. Seperti dalam hadits,
((ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: أََنْ يَكُوْنَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ))[1]
“Ada tiga sifat, yang jika seseorang memiliki ketiga sifat tersebut ia bakal merasakan lezatnya iman, yaitu jika Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Salam lebih ia cintai dari selain keduanya...”
Kecintaan ini bakal terwujud jika seorang muslimah melakukan berbagai ketaatan, meniggalkan maksiat, membela sunnah rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam, membela ajarannya Shallallahu ‘alaihi wa Salam, dan berakhlaq seperti akhlaq beliau Shallallahu ‘alaihi wa Salam.
2-Ikhlas dan tingginya cita-cita
Sesungguhnya hanya tergantung pada niat, cita-cita, pengorbanan dengan harta, waktu, kerja keras, pemikiran, kehendak, dan semangat besar untuk menolong agama Allah-lah, akan datang taufiq dan pertolongan Allah kepada anda. Karena ma`unah (pertolongan) dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, turun kepada hamba sesuai dengan kadar cita-citanya, keteguhan, dan pengorbanannya. Sedangkan kehinaan akan turun sesuai dengan hal itu pula.[2]
Jadi, tujuan mulia ini hanya bisa dicapai dengan cita-cita tinggi dan niat yang tulus. Dan hal ini tidak bisa berjalan mulus kecuali dengan meninggalkan tiga perkara di bawah ini, yaitu:
1. Al-`Awaaid, senang kenyamanan dan rehat, serta mencintai apa saja yang disenangi kebanyakan manusia, berupa ketenteraman hidup dan kemewahan.
2. Al-`Awaaiq, berbagai macam penyelewengan agama, baik lahir maupun batin.
3. Al-`Alaaiq, segala sesuatu selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya þShallallahu ‘alaihi wa Salam yang hati manusia bergantung padanya, berupa kelezatan dunia, syahwat-syahwat, dan kawan-kawan yang seseorang sangat bergantung kepada mereka.[3]
3-Mengerjakan shalat-shalat nafilah dan banyak dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Inilah yang disebut dengan bekal hati, senjata rohani, dan cara untuk mendapat kecintaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anha ia berkata, rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman,
((مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْـتُهُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ))[4]
“Barangsiapa memusuhi siapapun dari wali-Ku, maka Saya Mengumumkan peperangan dengannya. Dan tidak ada sesuatu paling Kucinta, yang dipergunakan hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku, selain hal-hal yang kuwajibkan atasnya. Hamba-Ku akan senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan ibadah-ibadah nafilah sampai Saya Mencintainya. Jika Saya sudah mencintainya, maka Saya adalah telinga yang digunakannya untuk mendengar, Saya adalah matanya yang ia gunakan untuk melihat, Saya adalah tangan yang digunakannya untuk memukul, dan kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Jika memohon pada-Ku ia pasti Kukabulkan, dan jika meminta perlindungan, pasti ia Kulindungi.”
4-Kesabaran.
Sabar dalam iman kedudukannya seperti kepala pada jasad manusia. Jika kepala terputus, maka jasad itu tak akan berguna selamanya.[5] Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (البقرة: 153)
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan kata sabar ini pada tempat sebanyak sembilan puluh lebih dalam al-qur`an. Kemudian setelah menyebut kesabaran itu, Dia Subhanahu wa Ta’ala Mengikutsertakan derajat dan kebaikan melimpah bersamanya, serta mengumpulkan banyak perkara mulia bagi orang-orang penyabar yang tidak dikumpulkan buat orang-orang selain mereka. Dia Berfirman,
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (البقرة: 157)
“Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 157)
Jadi! Petunjuk, rahmat, dan shalawat, hanya dikumpulkan bagi orang-orang penyabar.[6] Dan perlu diketahui, bahwa sabar itu ada tiga macam;
1. Sabar tidak mengerjakan hal-hal haram.
2. Sabar selalu menunaikan kewajiban.
3. Sabar dalam menghadapi segala bencana.
bersambung.....
Sumber :
دَوْرُ الْمَرْأَةِ فِيْ نُصْرَةِ الدِّيْنِ
JIHADNYA SEORANG WANITA DALAM MEMBELA ISLAM
Syaikh Muram binti Shalih al-’Athiyyah
Muraja’ah :Syaikh DR. Fu’ad ’Abdul Karim Al-’Abdul Karim
Islam kaffah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar